Misteri Relief Kapal Bercadik di Candi Borobudur

Replika Kapal Dinasti Sailendra
Wangsa Sailendra yang tersebar di Sumatra dan Jawa melahirkan dua kerajaan besar, yaitu di Sumatra yang berpusat di Palembang membangun Kerajaan Sriwijaya melalui salah satu wangsa yaitu Balaputradewa.

Di Jawa Tengah yang berpusat di Magelang membangun Kerajaan Mataram Kuno dan Jawa Timur membangun Kerajaan Medang.

Pada tahap selanjutnya, dari keturunan dua kerajaan ini juga banyak menjadi cikal bakal kerejaan-kerajaan lainnya yang muncul kemudian bumi di Nusantara dan di Asia Tenggara..

Kenapa Dinasti Sailendra benar-benar menyebar dan keturunannya banyak menjadi tokoh di kerajaan-kerajaan lainnya yang muncul kemudian? Termasuk tersebar ke dinasti kerajaan di Malaya, Indo China, Champa. Juga tersebar sampai ke Kerajaan di Kamboja dan India.

Simbol penting lainnya dari Dinasti Sailendra juga ada di  Nalada, India.  Keluarga Sailendra membangun sebuah prasasti yang menjadi petunjuk penting pada masa sekarang yaitu Prasasti Nalada.

Untuk menjawab pertanyaan itu mari kita lihat simbol-simbol yang ada pada relief dari ikon penting dari Dinasti Sailendra yang dibangun salah satu keturunannya yaitu Samaratungga yang memperistri Dewi Tara yang berasal dari Sumatra.

Ikon itu masih ada dan menjadi salah satu keajaiban dunia,  Borobudur.  Apakah ada arti dan makna dalam relief ukiran di batu-batu Candi Borobudur yang jumlahnya sampai jutaan potong batu?  

Salah satu relief kapal besar bercadik di Borobudur
Wangsa Sailendra  yang wilayah kekuasaannya benar-benar luas  membentang di sebagian wilayah  Nusantara, sampai ke wilayah Thailand, Kamboja, Vietnam,  Malaysia,  Srilangka dan India.  Bisa terbayangkan betapa luasnya kekuasaan Wangsa Sailendra yang melahirkan Kerajaan Sriwijaya di Swarnadwipa (Sumatra) dan Kerajaan Mataram Kuno dan Medang di Jawa.
Luasnya pengaruh dan kekuasaan Dinasti Sailendra menggambarkan kebesaran kerajaan itu pada masanya. Tergambarkan kekuatan armada kapalnya yang pelayarannya sudah biasa sampai ke Tiongkok, Afrika, Rusia dan Benua Amerika.  Kalau kita lihat besarnya kekuasaan maka tidak heran jika candi Borobudur  dengan arsitektur yang rumit dapat dibangun dan sampai sekarang ini bisa kita lihat.  

Puncak Candi Borobudur
Ada 10 relief Kapal bercadik di  sisi utara Candi Borobudur  yang nama aslinya adalah Kamulan Bhumisambhara  sesuai dengan prasasti Kahulunan  yang bertahun  842.  Dari relief yang ada 6 kapal terlihat sebagai kapal besar, sedangkan 4 relief lainnya terlihat sebagai kapal yang kecil dan sedang. Ini merupakan sinyal kebaharian dari bangsa yang membuat Candi Borobudur ini. 

Kapal bercadik dan berlayar besar tergambar jelas dalam relief. Ada relief yang menggambarkan kapal berlayar dua dan ada juga kapal yang berukuran lebih kecil dengan layar satu. Kapal bercadik adalah kapal dengan ciri khas bangsa Austronesia yang ada di Asia Tenggara.

Aksi photo para turis di Borobudur
Pada salah satu relief ada kapal yang pada bagain depan kapal lunasnya menajam kedepan dan naik keatas. Bagian depan runcing dengan ditambah bahan metal atau besi yang keras dan kuat. Ini merupakan ciri dari sebuah kapal Sriwijaya. Ketajaman bagian depan digunakan untuk menanduk kapal musuh.

Seorang angkatan laut Inggris, Philip Beale melakukan penelitian tentang kebaharian di Borobudur. Ia terkagum-kagum  dengan detailnya relief pahatan batu andesit Candi Borobudur yang menggambarkan arsitektur kapal yang rumit.  Ia meyakini bahwa pahatan itu atas dasar arsitektur kapal yang benar-benar ada pada saat itu.

Beale sangat terinspirasi dan ingin menjadikan apa yang ada dalam relief menjadi kenyataan lagi.  Pada September 2002 Ia menemui Nick Burningham seorang insinyur pembuatan kapal dari Italia.  Beale juga menunjuk Nick Burningham untuk menjadi konsultan pembangunan kapal yang tertera di relief Borobudur.  

Sebelum membangun yang besar Burningham  mencoba mengaplikasikan arsitektur kapal yang ada di relief Borobudur ke dalam replika kecil yang dia buat dengan kayu balsa. Replika itu dibuat sedetil meungkin sesuai dengan gambaran  yang ada pada relief-relief Borobudur.

Nick Burningham dan Philip Beale  menemui Asad Abdullah yang berada di Kepulauan Kangean yang berada di timur Madura.  Asad Abdullah  terkenal sebagai seorang  pengrajin kapal teradisional yang sangat berpengalaman.

Replika kapal Borobudur buatan Burningham ditunjukkan ke  Asad Abdullah.  Dari contoh replika itu Asad mulai bekerja dan menunjukkan keahliannya.  Dari tangan Asad inilah dalam 4 bulan lebih akhirnya pembuatan kapal Samudraraksa selesai.

Semua proses pembangunan dan penyatuan komponen kapal dilakukan dengan pasak dan ikat serat tumbuhan seperti yang aslinya.  Kapal itu dibangun dengan detail yang versis seperti yang ada pada relief Borobudur. 

Dengan  ukuran panjang 18,29 meter dan lebar 4,25 meter, sedangkan ketinggian kapal tersebut 2,25 meter.  Dimensi ini bukan atas dasar keinginan  Asad Abdullah,  Nick Burningham dan Philip Beale  tetapi atas dasar detail yang ada pada relief Borobudur.  Philip Beale menginginkan kapal yang jadi benar-benar sama dengan yang ada di Borobudur. Berat kapal sekitar 30 gross tonnage dan cukup untuk menampung 30 kru kapal.

Sebelum di masukkan ke dalam museum Kapal Samudra Raksa seperti saat ini,  kapal itu pada tahun 2003 digunakan untuk rencana expedisi dari Jakarta menuju ke  Selat Malaka kemudian melalui Samudra Hindia dan sampai di Pulau Madagaskar  yang ada di Selatan Benua Afrika.  Kemudian dari sini perjalanan diteruskan untuk mencapai Accra (Cape Town) yang ada di Afrika Selatan.

Expedisi itu mulai dijalankan tepat pada tanggal 23 Agustus 2003 dari Tanjung Periuk Jakarta dengan kru sebanyak 15 orang termasuk didalamnya Philip Beale. Untuk kapten kapal ditunjuk I Gusti Putu Ngurah Sadana seorang marinir dari TNI Angkatan Laut.

Pada tanggal 23 Februari 2004 kapal Samudra Raksa sampai di Accra, Ghana.  Dari sini kemudian dipulangkan dengan cara dikirim dengan kapal besar kembali ke Indonesia dan ditempatkan di Musium Samudra Raksa. Musium ini satu komplek dengan Candi Borobudur.

Keberhasilan  expedisi ini memberikan gambaran perjalanan bahari pada masa lalu dapat mencapai belahan  bumi lain yang sangat jauh. Kemaharajaan Dinasti Sailendra melalui Balaputradewa yang mendirikan Sriwijaya dapat efektif mengendalikan kekuasaannya walaupun  dalam wilayah yang luas dan terpisah dengan pulau-pulau dari Nusantara sampai ke Kamboja, Thailand, Malaysia, Sri Lanka dan selatan timur India di Nalada.  Luasnya  kekuasaan mencapai hampir 90% dari wilayah kepulauan Asia Tenggara sekarang ini.

Dinasti Sailendra juga melalui Ratu Pramodhawardhani yang melanjutkan kekuasaan Mataram Kuno pada akhirnya menjadi cikal bakal dari munculnya Kerajaan Medang di Jawa Timur,  Kerajaan Singosari dan juga Kerajaan Majapahit yang lebih masif lagi memperluas wilayah Nusantara.

Indonesia yang merupakan manipestasi Nusantara pada masa lampau, memiliki wilayah yang luas dari Sabang sampai  Moreke merupakan hadiah dari jiwa kebaharian masa lalu Dinasti Sailendra. Relief kapal yang ada Borobudur yang dibangun oleh Samaratungga yang menjadi Raja Mataram Kuno menjadi pesan jelas bahwa Indonesia harus menjadi bangsa bahari.

Photografer : Azzahra R.

#TheIndonesiaAdventure
The Indonesia Adventure Team Writter.