Gua Jatijajar Terkait Legenda Lutung Kasarung

Ada cerita legenda yang menarik untuk kita simak di salah satu situs geologi, Gua Jatijajar yang terbangun secara alamiah di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.  Di dalam Goa Jatijajar terdapat diaorama-diorama berupa patung-patung dari kisah yang telah menjadi legenda bagi masyarakat sekitarnya Goa Jatijajar di Kebumen.

Goa Jatijajar di Kebumen, Jawa Tengah
Goa Jatijajar di Kebumen, Jawa Tengah

Ada sebanyak delapan deorama yang terdiri dari 32 patung yang memerankan tokoh-tokoh dalam legenda Lutung Kasarung. Gua Jatijajar diyakini oleh masyarakat sekitar sebagai tempat Raden Kamandaka Putra Mahkota dari Kerajaan Pajajaran, yang bernama aslinya Banyak Cokro atau Banyak Cakra melakukan ritual pertapaan didalam goa tersebut.  Kabupaten Kebumen pada masa lalu termasuk menjadi bagian dari kekuasaan Kerajaan Pajajaran yang berpusat di Batutulis, Kabupaten Bogor.

Goa Jatijajar
Diorama Arya Kamandaka di dalam Goa Jatijajar

Banyak sekali variasi dari legenda Lutung Kasarung ini. Ini hanya salah satu dari versi kisah yang beragam itu. Alkisah dimasa lalu di masa Kerajaan Pajajaran masih berjaya yang dipimpin oleh Prabu Siliwangi yang mempunyai tiga orang putra dan seorang putri.  Keempat anak ini diperoleh dari dua orang permaisuri. Dari permaisuri pertama mendapatkan dua orang putra yang bernama Banyak Cotro dan Banyak Ngampar. Sayangnya sewaktu kedua putra ini masih kecil Sang Permaisuri meninggal.

Setelah lama tanpa permaisuri akhirnya Prabu Siliwangi akhirnya menikah lagi dengan permaisuri yang kedua, yaitu Dewi Kumudaningsih, tetapi dengan perjanjian bahwa anak laki-laki dari permaisuri Dewi Kumudaningsih yang akan menjadi seorang Prabu di Kerajaan Pajajaran. Dari permaisuri kedua ini Prabu Siliwangi mendapatkan dua orang anak yaitu seorang anak laki-laki dengan nama Banyak Blabur dan Dewi Pamungkas.

Legenda Lutung Kasarung
Legenda Lutung Kasarung di Goa Jatijajar

Awal kisah Raja Kerajaan Pajajaran yang bernama Prabu Siliwangi merasa resah dan bersiap untuk turun tahta karena sudah menjelang tua, sehingga memanggil kedua anaknya, yaitu yang bernama Banyak Cotro dari Permaisuri Pertama dan Banyak Blabur dari Permaisuri Kedua. Sang Prabu bingung untuk memutuskan antara kedua anak ini karena terkait dengan perjanjian yang pernah dia ucapkan.

Sang Raja menyampaikan perasaannya kepada kedua anaknya, tetapi kedua anaknya masih ragu. Banyak Catro masih merasa lajang dan belum memiliki istri sehingga akan bingung untuk menentukan seorang permaisurinya kelak kalau seandainya menjadi raja. Sedangkan Sang Adik Banyak Blabur masih ingin belajar dan berguru terlebih dahulu karena merasa belum banyak memiliki ilmu untuk mengemban amanah sebagai raja.

Prabu Siliwangi termenung memikirkan Kerajaan Pajajaran ini kelak, sehingga suatu hari mendapatkan petunjuk agar memerintahkan Banyak Catro untuk mencari calon istri yang tepat. Ia memanggil Banyak Catro dan memintanya untuk segera mencari istri yang dia sukai. Sang Raja lebih memilik untuk memberikan kesempatan kepada anaknya untuk memilih dan dia tidak berkeinginan untuk memaksakan kehendaknya dengan memilihkan calon istri untuk anaknya. Walaupun banyak teman-teman dari kerajaan lain dan bangsawan yang memiliki putri yang cantik-cantik jelita.

Akhirnya Banyak Catro mulai mencari istri untuk dirinya, tetapi belum memiliki gambaran dimana Sang Calon Istrinya sehingga dalam ketidakpastian itu Banyak Catro memutuskan untuk menuju Gunung Tangkuban Parahu. Di sana ada gurunya seorang pendeta sakti yang bernama Ki Ajar Winarong. Sesampai disana Banyak Catro menyampaikan apa maksudnya kepada Ki Ajar Wanarong.

Sang Pendeta itu siap membantunya tetapi dengan syarat Banyak Catro tidak menampakkan dirinya sebagai seorang anak raja tetapi berpakaian layaknya seorang rakyat jelata, agar mendapatkan seorang istri yang benar-benar mencintai bukan karena kedudukan. Banyak Catro diminta menyamar menajdi rakyat jelata dengan nama Arya Kamandaka.

Kemudian Banyak Catro alias Arya Kamandaka mengganti pakaian seakan-akan seorang petani dari rakyat jelata dan pergi berpetualang ke sebuah daerah yang merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Wilayah itu bernama Kadipaten Pasir Luhur. Di tempat ini Arya Kamandaka diangkat anak oleh Patih Reksonoto. Dalam kehidupan sehari-harinya Banyak Catro menggarap sawah milik Patih Reksonoto yang memiliki banyak lahan pertanian.

Kadipaten Pasir Luhur yang dipimpin oleh seorang Adipati yang bernama Kanandoho. Pada masa lalu Adipati sama dengan gubernur yang memimpin sebuah wilayah. Adipati Kanandoho memiliki beberapa orang putri dengan paras yang cantik dan ada salah satu putrinya yang belum menikah, yaitu putri bungsunya bernama Dewi Ciptaroso.

Dewi Ciptoroso terkenal sebagai seorang yang nan rupawan,  lemah lembut dan ahlaknya sangat baik, sehingga banyak pria dari berbagai negeri dan kalangan bangsawan yang ingin meminangnya, tetapi ayahnya masih menolaknya.

Suatu hari di Kadipaten Pasir Luhur diadakan acara tahunan penangkapan  ikan secara bersama-sama yang sudah menjadi ritual bagi masyarakat di Pasir Luhur.  Acara seperti biasa dihadiri dan dipimpin oleh Adipati. Ikut pulau putri-putri Adipati Pasir Luhur bersama dalam acara tersebut.

Arya Kamandaka yang ikut dalam acara itu bersama ayah angkatnya, melihat seorang wanita cantik yang duduk dekat para bangsawan Kadipaten Pasir Luhur. Tanpa sengaja Arya Kamandaka dan Dewi Ciptoroso bertemu tatap, sekejap saja melihatnya, tetapi jantung Arya Kamandaka langsung berdebar-debar melihat batapa cantik dan ayunya Dewi Ciptoroso. Sehingga siang dan malam selalu menjadi gambaran dalam pikiran dan mimpi-mimpi Arya Kamandaka.

Dalam acara yang sama ditahun berikutnya Arya Kamandaka sudah menyusun strategis untuk dapat bertemu dan berbicara dengan jantung hatinya itu. Dalam acara penangkapan ikan itu ia ikut menjadi peserta dari sekian banyak para pemuda yang juga ikut. Dalam acara ikut Arya Kamandaka yang jago berenang dan ahli silat itu banyak mendapatkan perhatian dari para pengunjung karena paling banyak mendapat ikan.

Dewi Ciptoroso yang berada di podium tempat paling terhormat diacara tersebut bersama para bangsawan Kadipaten Pasir Luhur selalu memberikan aplus setiap Arya Kamandaka mendapatkan ikan. Arya Kamandaka yang paling tampan dari sekian banyak peserta itu juga menjadi perhatian para putri dan wanita yang hadir dalam acara itu.

Arya Kamandaka semakin berdebar-debar karena tahu dan diperhatikan oleh jantung hatinya yang selama ini dirindu dan dimimpi. Dia berupa mendapatkan ikan sebanyak-banyaknya untuk semakin menjadi perhatian Sang Putri Adipati. Di tempat lain Dewi Ciptoroso selalu tertawa dan tersenyum senang memperhatian kelucuan dari Arya Kamandaka yang berebut ikan di Sungai Logawa dengan para peserta lainnya. Di tempat duduk lain Sang Adipati memperhatikan tingkah laku putrinya yang tidak biasa, ia tidak senang dengan putrinya berbuat seperti itu. Karena kesibukannya dia minta seorang abdinya untuk memperhatikan putrinya.

Diam-diam Dewi Ciptoroso ada penasaran dengan Arya Kamandaka yang walaupun berpakaian rakyat jelata tetapi wajah dan rupanya seperti seorang bangsawan. Saat acara selesai Arya Kamandaka melihat ada kesempatan untuk mendekati Dewi Ciptoroso untuk sekedar berbicara dan menyapa. Dewi Ciptoroso juga menanggapi dengan baik dan senang. Akhirnya Dewi Ciptoroso meminta Arya Kamandaka bertandang ke taman di kaputren tempat para putri Adipati bermain.

Arya Kamandaka yang sudah menantikan pertemuan itu segera memenuhi janjian untuk datang bermain ke taman di kaputren. Saat pertemuan itu dilihat oleh Abdi yang diminta untuk memperhatikan Dewi Ciptoroso. Abdi itu juga melihat gelagat-gelagat Arya Kamandaka yang menunjukkan kesukaaanya kepada Dewi Ciptoroso.



Pertemuan itu dilaporkan ke Adipati Kanandoho yang marah besar karena putrinya tidak layak untuk sekedar bertemu atau pun berbicara dengan putrinya. Ia memerintahkan para prajurit untuk menangkap Arya Kamandaka.

Prajurit Kadipaten Pasir Luhur melakukan pengejaran terhadap Arya Kamandaka, hal ini diketahui oleh ayah angkat Arya, Patih Reksonoto yang bekerja di Kadipaten dan menyuruh Arya Kamandaka untuk segera lari ke hutan. Arya Kamandaka lari kehutan dan menyelamatkan diri dengan masuk ke dalam goa.

Di dalam goa Arya Kamandaka melakukan semedi seperti yang diperintahkan oleh gurunya Ki Ajar Winarong. Sampai suatu hari Arya Kamandaka mulai heran karena tubuhnya mulai banyak ditumbuhi bulu pada sekujur tubuhnya. Semakin hari bulu itu semakin banyak. Tanpa disadarinya juga wajahnya sudah mulai berubah menjadi lutung.

Di kota raja tempat pusat kekuasaan Kadipaten Pasir Luhur, Sang Adipati marah besar terhadap para prajuritnya yang sudah sekian lama tidak pernah menemukan Arya Kamandaka. Sang Adipati menyampaikan maklumat untuk barang siapa yang mampu menemukan Arya Kamandaka maka akan dijadikan abdi dalam yang mendapatkan gaji besar setiap bulannya.

Suatu hari Sang Adipati bersama prajurinya berburu ke hutan disekitar goa yang tidak mereka sadari. Dalam perburuan itu ditemukan seekor lutung putih yang berada di atas pohon. Adipati Pasir Luhur meminta para prajurit menangkapnya hidup-hidup. Lutung tersebut tertangkap dan dibawa ke kaputren dan menjadi hewan peliharaan di taman kaputren tempat Dewi Ciptoroso bermain. Dewi Ciptoroso memberi nama lutung itu menjadi Lutung Kasarung.

Suatu saat ketika Dewi Ciptoroso sedang sendirian ditaman itu, Lutung Kasarung tiba-tiba berubah wujud menjadi Arya Kamandaka. Dewi Ciptoroso kaget sekali, tetapi senang karena orang yang dirindukannya selama ini ada didepannya.

Seorang prajurit penjaga yang sedang bertugas melihat Arya Kamandaka sedang berada di taman bersama Dewi Ciptoroso.  Prajurit itu melaporkan ke Kepala Penjaga yang memerintahkan untuk segera menangkap  Arya Kamandaka. Arya Kamandaka dapat melawan dan mejatuhkan beberapa prajurit. Kemudian prajurit bantuan datang dengan jumlah yang lebih banyak, terpaksa Arya Kamandaka menyelamatkan diri lari ke hutan dan kembali ke Goa Jatijajar tempatnya bersemedi.

Kepala Penjaga Kaputren melaporkan hal ini ke Adipati Kanandoho. Adipati itu berpikir bagaimana dapat mengetahui dan menangkap Arya Kamandaka. Akhirnya ada yang memberi tahu bahwa Arya Kamandaka adalah anak angkat dari Patih Reksonoto. Sang Adipati memerintahkan prajurit untuk mendatangkan Patih Reksonoto ke kadipaten dan meminta untuk menghadapnya.

Beberapa hari kemudian Patih Reksonoto yang dikawal oleh beberapa prajurit menghadap Adipati Kanandoho. Adipati meminta Patih untuk menyerahkan Arya Kamandaka atau kalau tidak diserahkan maka Patih Reksonoto akan dipenjarakan. Akhirnya dengan terpaksa Patih Reksonoto menyanggupi untuk menyerahkan Arya Kamandaka.

Di tempat lain di pusat Kerajaan Pajajaran Prabu Siliwangi sedih, karena sudah sedemikian lama Banyak Catro tidak juga pulang. Sang Prabu menyampaikan hal itu ke adiknya Banyak Catro yaitu Banyak Blabur untuk minta mendapatnya untuk mencari Banyak Catro. Akhinya Banyak Blabur meminta izin Sang Prabu untuk mencari kakaknya.

Ada kabar bahwa kakaknya masih diwilayah Pajajaran di daerah Kadipaten Pasir Luhur. Sang Prabu membekali anaknya itu dengan sebuah pusaka Pajajaran berupa keris kujang yang sudah menjadi kebanggaan para leluhurnya.  Dalam pencarian itu Banyak Blabur menyamar menjadi rakyat jelata agar tidak dikenali oleh orang banyak. Banyak Blabur juga menyamar mengganti nama menjadi Silihwani.

Di perjalanan Banyak Blabur mendengar kabar bahwa Adipati Pasir Luhur melakukan sayembara untuk mencari seseorang. Ia penasaran dan ingin mengikuti sayembara tersebut, sambil sekalian mencari kakaknya Banyak Catro.

Banyak Blabur alias Silihwani menghadap Adipati Kanandoho dan menyatakan keikutsertaanya untuk mengikuti sayembara tersebut. Sang Adipati Kanandoho mengizinkannya dan meminta jika mendapatkan Arya Kamandaka, ia menyerahkan hati Arya Kamandaka sebagai bukti bahwa Arya Kamandaka telah dikalahkan.
 
Di tempat lain, Patih Reksonoto yang menerima kabar bahwa Arya Kamandaka ada dihutan dan bersembunyi di dalam goa, mendatangi goa tersebut dan meminta untuk menyerahkan diri ke Adipati Pasir Luhur.  Di  dalam gua Patih Reksonoto mendapatkan firasat bahwa Arya Kamandaka bukanlah orang biasa, sehingga dia bertanya ke Arya Kamandaka.

"Sejatinya siapakah kau ini Arya?" Tanya Patih kepada Arya. Arya awalnya ragu untuk menyampaikannya tetapi pada akhirnya ia berkata. "Sejatinya Jajar," Kata Arya antara ragu tetapi juga Arya ingin agar ayah angkatnya tahu siapa dia sesungguhnya. Kata Sejatinya Jajar maksunya adalah seorang keturunan dari Prabu Siliwangi Raja Pajajaran.  Istilah Sejatinya Jajar inilah yang pada akhirnya menjadi nama dari Goa Jatijajar.

Patih bersiasat bahwasannya nanti di kadipaten ia akan menyampaikan bahwa Arya Kamandaka adalah seorang putra dari Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran agar Arya Kamandaka tidak dihukum, tetapi rencananya ini tidak dia katakan kepada Arya Kamandaka.

Arya Kamandaka yang patuh kepada ayah angkatnya menerima dan akhirnya keluar hutan bersama Patih Reksonoto. Patih Reksonoto yang sayang kepada anak angkatnya itu berpikir bagaimana dia menyerahkan tetapi tetap menyelamatkan Arya Kamandaka agar tidak dihukum.

Akhirnya Patih Reksonoto bersama anak angkatnya, Arya Kamandaka,  pergi ke kaputren untuk menghadap Adipati dan menyerahkan Arya Kamandaka. Di kaputren rupanya sudah banyak prajurit dan juga Silihwani, tetapi Silihwani tidak mengenali kakaknya yang sedang menyamar menjadi rakyat jelata.  Begitu juga Arya Kamandaka tidak mengenali adiknya yang juga sedang menyamar menjdi Silihwani.

Sebelum ditangkap Arya Kamandaka mengatakan boleh dia ditangkap dan dihukum tetapi harus ada yang mengalahkannya dulu dalam pertandingan silat satu lawan satu. Tantangan itu diterima Adipati Kamandoho. Sang Adipati memerintahkan para perwira prajurit yang gagah-gagah untuk menghadapi Arya Kamandaka, tetapi satu demi satu para perwira tidak ada yang dapat mengalahkan Arya Kamandaka yang sakti.

Tibalah giliran Silihwani untuk menghadapi Arya Kamandaka. Dalam pertandingan ini Silihwani belum menggunakan pusaka kujang yang dapat merontokkan ilmu Arya Kamandaka. Dalam pertandingan itu awalnya sebelum Arya Kamandaka masih memenangkan pertandingan itu.

Setelah terdesak, Silihwani mengeluarkan pusaka kujang milik ayahnya. Dalam pertandingan kali ini Arya Kamandaka mulai terdesak, bahkan akhirnya Arya Kamandaka terjatuh pada saat Silihwanii ingin menghujamkan kujang ke tubuh Arya Kamandaka, Patih Reksonoto menjerit dan mengatakan. "Sejatinya Arya Kamandaka adalah putra Prabu Siliwangi," Silihwani terkaget, ia lantas memperhatikan wajah kakaknya itu,  ternyata benar.  Silihwani memeluk kakaknya dan mengatakan bahwa ia adalah Banyak Blabur adiknya. Mereka berpelukan ditengah-tengah para pejabat kadipaten dan prajurit.

Diantara mereka yang paling kaget adalah Adipati Kamandoho. Ia gemetar ternyata yang dicari selama ini adalah anak dari Sang Prabu Siliwangi atasannya sendiri. Akhirnya ia mendekati Banyak Catro dan Banyak Blabur.  Ia langsung bersimpuh dan meminta maaf, dia juga langsung meminta Banyak Catro meminang putrinya secara baik-baik, dan akan dia sambut dengan tangan terbuka.

Dari kejadian ini Prabu Siliwangi sudah mendapatkan kepastian atas siapa yang pada akhirnya akan menjadi Prabu selanjutnya menggantikan dirinya. Sebenarnya awalnya dia akan menjadikan Banyak Catro untuk dijadikan Prabu, tetapi karena sudah pernah menghadapi pusaka kujang maka tidak akan menurut keyakinan Prabu Siliwangi hal itu tidak mungkin diberikan ke Banyak Catro.

Tahta Pajajaran diserahkan kepada adiknya Banyak Catro, Banyak Blabur.  Hal ini juga artinya janji Prabu Siliwangi kepada permaisurinya yang kedua terpenuhi. Banyak Catro menerima hal ini dia juga tetap bahagia karena sudah mendapatkan kekasihnya Dewi Ciptoroso menjadi istrinya yang sangat disayangnya, begitu juga dengan Dewi Ciptoroso yang mencintai Banyak Catro.

Tag. : Lutung kasarung, arya kamandaka, gua jatijajar, wisata kebumen, kebumen, pajajaran, kerajaan pajajaran, legenda goa jatijajar, wisata goa, legenda goa