Sejarah Coklat dan Kakao di Indonesia

Siapa yang tidak suka coklat? Rasanya lebih banyak yang suka. Mungkin juga ada yang tidak suka coklat karena takut gemuk atau mengurangi kadar lemak di tubuh, tetapi soal enaknya makan coklat rasanya susah ditolak. Dari anak kecil, remaja, tua dan kakek nenek suka dengan rasa coklat ini dan suka jika coklat berada dalam rasa roti mereka, dalam susu coklat atau es krim yang mereka makan.

kakao, Buah kakao untuk bahan pangan coklat
Buah kakao untuk bahan pangan coklat

Kata cokelat telah menjadi imaji tersendiri di masa peradaban manusia sekarang ini sebagai bahan pangan yang sangat disukai. Kuliner modern sekarang ini sulit dilepaskan dari eksistensi coklat yang banyak digunakan dalam berbagai kuliner mewah, roti biasa atau sekedar permen coklat.

Kata coklat itu akan mudah muncul dalam bayangan kita dalam beragam bentuk makanan yang disukai, seperti gambaran tentang permen manis, coklat batangan, waffer coklat, es krim coklat, truffle lezat dan sebagainya, tetapi cokelat saat ini sebenarnya tidak mirip dengan cokelat di masa lalu yang sebagian besar bahannya lebih banyak untuk sekedar minuman, seperti halnya minum kopi.

Buah kakao yang sudah dipetik.

Sepanjang perjalanan sejarah masa lalu coklat adalah minuman yang sangat digemari walaupun pahit, tetapi memberikan sensasi menyegarkan. Pada masa lalu belum banyak dicampur gula, karena memang belum banyak dikenal. Kuliner coklat dimasa lalu bukan makanan manis yang dapat dimakan seperti masa modern saat ini. Masa lalu coklat mungkin lebih mirip kopi atau teh, sebelum akhirnya peradapan manusia bisa berinovasi untuk memanfaatkan coklat menjadi bahan pangan purna rupa yang penggunaannya sangat bervariasi.

Biji-biji kakao ini dijemur dan disanggrai untuk dijadikan bahan coklat.
Biji-biji kakao ini dijemur dan disanggrai untuk dijadikan bahan coklat.

Salah satu inovasi pengolahan coklat yang terkenal adalah pengolahan biji kakao yang dilakukan pertama kali oleh seorang ahli kimia Belanda tahun 1828, Coenraad Johannes van Houten yang mencoba mengolah biji kakao yang sudah dikeringkan dengan campuran garam alkali sehingga menghasilkan bubuk cokelat yang  banyak kita kenal saat ini. Bubuk coklat Van Houten terkenal sangat mudah larut dalam air, apalagi dengan air panas.

Van Houten yang dibantu oleh ayahnya juga membuat mesin pemisah biji kakao dan daging buahnya sehingga mempermudah dan mempermudah pembuatan bubuk coklat untuk bahan minuman penyegar dan juga kue.


Sejarah Asal Mula Coklat

Coklat berasal dari tanaman kakau. Sebuah tanaman yang sudah dikenal manusia ribuan tahun lalu. Awal mula ditemukannya tanaman kakau yang menjadi bahan coklat berasal dari bangsa Maya kuno, tetapi sejarah ini bisa lebih tua dimasa Olmec kuno di Meksiko selatan. Salah satu buktinya adalah bejana suku Olmec Kuni yang berasal dari tahun 1500 SM di Amerika Selatan seperti yang seperti yang disampaikan Hayes Lavis seorang kurator seni budaya dari Musium Nasional Smithsonian's yang banyak menghimpun berbagai koleksi tentang Indian American Indian.

Diperkirakan peradaban suku Olmec di Benua Amerika tidak sekedar menggunakan biji kakau untuk dikonsumsi, tetapi juga digunakan untuk acara-acara seremonial. Sayangnya tidak banyak catatan sejarah dimasa suku ini.

Seperti Suku Olmec, Suku Maya Amerika Tengah juga sudah mengenal kakau dan menggunakan biji kakau tidak hanya mengonsumsi cokelat, Suku Maya juga menggunakan coklat untuk ritual pemujaan. Pada sejarah tertulis Maya menyebutkan minuman cokelat digunakan dalam perayaan ritual dan juga untuk menyelesaikan transaksi penting.

Di masa Suku Maya hampir setiap keluarga menyimpan biji kakau yang sudah diolah, tidak hanya pada keluarga kaya dan berkuasa saja, tetapi hampir semua keluarga. Di rumah-rumah Suku Maya, biji kakau yang sudah diolah menjadi cokelat menjadi menu harian setiap kali makan. Pengolahan bahan coklat Suku Maya lebih kental dan lebih berbusa yang dicampur dengan cabai, madu, atau air.


Penggunaan Coklat Terus Berkembang

Perubahan terus menerus tentang kebutuhan coklat saat ini juga terkait dengan gaya hidup yang semakin menikmati bahan kuliner coklat ini. Bahkan jangan kaget kalau ada yang menggunakan coklat untuk membalur badan agar lebih menghilangkan stress dan juga untuk kesehatan kulit di salon-salon kecantikan atau spa. Jadi penggunaan coklat yang berasal dari biji kakao penggunaannya semakin meluas seiring dengan lifestyle di masa ini.


Sejarah Tanaman Kakao di Indonesia

Sekarang budaya coklat sudah tersebar ke berbagai belahan dunia, termasuk ke Indonesia. Tanaman kakau yang menjadi bahan utama coklat ini, di Indonesia sudah banyak ditanam oleh petani, sejak masa para pelaut Spanyol masuk ke Nusantara. Pada tahun 1560 orang-orang Spanyol mencoba menanam kakao di Minahasa, Sulawesi Utara.

Tanaman kakao ternyata sangat cocok dengan iklim tropis, seperti iklim di Amerika bagian selatan. Bahkan hasilnya cukup memuaskan. Orang-orang Spanyol yang berkoloni di Sulawesi Utara bahkan dapat mengirim hasil pertanian kakao ke Manila, Filipina tahun 1825 sampai dengan tahun 1838.  Dikutif dari tulisan van Hall, di tahun 1859 sudah terdapat 10.000 sampai dengan 12.000 tanaman kakao di Ambon. Dari pohon sebanyak itu dihasilkan 11,6 ton kakao. ( Sumber: van Hall, 1932).

Setelah dimasa Belanda kebijakan penanaman kakao masih dilanjutkan. Sama dengan kopi dan lada dimasa Hindia Belanda tanaman coklat termasuk banyak mendapat perhatian karena di Eropa tanaman ini sudah populer. Tahun 1919 bahkan Belanda mampu mengekspor sampai 30 ton.

Penanaman kakao di Pulau Jawa dimulai tahun 1880 oleh perusahaan-perusahaan milik orang-orang Belanda. Beberapa lahan perkebunannya di Jawa Tengah, kemudian terus dikembangkan ke Jawa Timur untuk menggantikan tanaman lama, kopi Arabika yang mengalami kerusakan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix).

Pada tahun  1888 seorang ahli pertanian Hindia Belanda, Henri D. MacGilavry mencoba jenis varitas baru kakao yang berasal dari Venezuela. Didatangkan puluhan bibit baru Venezuela. Sayangnya setelah proses penanaman hanya satu pohon saja yang berhasil bertahan, hasil buahnya pun kecil-kecil dengan biji lebih gepeng. Ternyata setelah biji-biji varites baru ini dicoba ditanam kembali menghasilkan pohon-pohon kakao yang berkualitas baik dengan buah-,buah yang besar. Kelebihan lainnya tanam baru ini tidak disukai oleh hama-hama penggerek buah kakao (kakao mot) dan juga hama Helopeltis.

Pengembangan selanjutnya dari pohon-pohon kakao yang berasal dari venezuela itulah dipilih beberapa pohon terbaik untuk di tanam di Perkebunan Djati Runggo yang berada dekat dengan kota Salatiga, Jawa Tengah. Hasil pembibitan dikelompokkan dalam sklon-klon yang diberi nama DR (Djati Runggo). Dari bibit-bibit DR inilah akhirnya penanaman kakao dicoba dibanyak tempat termasuk di Pulau Sumatra.

Perkembangan Industri Kuliner Coklat di Indonesia

Perkembangan industri coklat di Indonesia tergolong pesat dengan bertumbuhannya berbagai pabrik industri coklat dan juga untuk industri coklat dalam skala usaha kecil dan menengah.

Saat ini di Indonesia ada beragam merek cokelat lokal yang enak dan sangat menarik untuk dicoba. Harga produk lokal coklat Indonesia juga tentu lebih murah dengan kualitas dan rasa yang tidak kalah dengan coklat import dari luar.

Pada umumnya produk coklat asal Indonesia menggunakan bahan baku biji coklat kakao yang ditanam di Indonesia. Proses produksi coklat di Indonesia juga sudah dengan teknologi modern dan memperhatikan kualitas dan.mutu yang terjaga, sehingga menghasilkan produk coklat batangan, coklat bubuk dan coklat cair dengan citra rasa cokelat yang lezat.

Ada beberapa produk coklat Indonesia yang patut dicicipi dan dicoba, yaitu:

1.  Coklat Merk Krakakoa

Produk coklat Krakakoa mengedepankan konsep "Farmer to Bar" maksudnya memproduksi produk secara berkelanjutan dengan bermitra dengan para petani yang ada di Indonesia. Ada beberapa jenis varian rasa Krakakoa, seperti Arenga Classics,

Flavours of The Archipelago, Single Origin Collection,  Cacao Nibs dan Chocolate Bark.

2. Soklat Inyong

Produk Soklat Inyong adalah produk lokal yang berasal dari Kota Purwokerto Banyumas. Setiap produk coklat pasti mempunyai ciri dan citra rasa yang khas, seperti halnya Soklat Inyong bercita rasa pahit yangdipadukan dengan citra rasa dari bahan almond, almond, dan juga kayu manis.

3. Wonder Coklat

Pulau Bali sebagai destinasi wisata ternyata juga terkenal memproduksi coklat yang enak. Wonder Chocolate yang diproduksi di Bali, kelebihan dari produk ini penambahan rasa manis dari bahan alami yaitu dari buah kelapa, sehingga coklat Wonder Coklat termasuk coklat sehat.

Sebenarnya sangat banyak produk coklat asal Indonesia yang sangat berkualitas yang bisa Anda cicipi, mungkin ini hanya sekedar contoh saja dari perkembangan coklat di Indonesia. 


The Indonesia Adventure Team Writter


Sumber:

1. Chocolate Use in Early Aztec Cultures. International Cocoa Association.

2. Chocolate-Making Conch. The National Museum of American History.

3. History of Chocolate: Chocolate in the Colonies. The Colonial Williamsburg Foundation.

4. The Bittersweet History of Chocolate. Time.

What We Know About the Earliest History of Chocolate. Smithsonian.com.

5. cacaoorganicfairtrade.blogspot com/2011/06/sejarah-kakao-di-indonesia.html

6. A Brief History of Chocolate. Smithsonian.com.