Gedung Pos Besar Bandung yang Bersejarah, Ada Musium Filatelis

Gedung Pos Besar Bandung
Kota Bandung bisa menjadi destinasi yang menarik untuk kembali mengingatkan kita pada masa lalu. Gedung-gedung bersejarah yang banyak menghiasi kota tersebut memberikan warna sendiri bagi Kota Kembang ini. Bukan saja sekedar sejarahnya tetapi keunikan dan keindahan arsitektur bangunan masa lalu ala Kolonial Belanda menir Belanda memang senang tinggal di kota yang iklimnya sejuk ini. Wajar saja jika banyak gedung administrasi masa Belanda banyak disini. Kalau kita menyusuri jalan Asia Afrika atau jalan Braga maka kita akan banyak melihat gedung gedung tua yang tetap dirawat. Demikian juga dengan jalan Dago makan akan kita lihat berderet-deret bangunan bekas Belanda yang unik dengan kekhasan pada jendela dan tiang-tiang betonnya. Jalan-jalan itu jadi pesona sendiri untuk sekedar jalan-jalan sore atau malam, sambil duduk-duduk di kafe,Dari sekian gedung yang menarik sala. Gedung Kantor Pos Besar yang merupakana salah satu dari peninggalan masa Belanda itu. Museum Pos Indonesia berlokasi di Jalan Cilaki No 73, Bandung. Gedung ini juga berfungsi sebagai Musium Pos dan Giro.

Gedung Pos ini menghadap Taman Lansia (taman orang tua). Kondisi gedung ini masih sangat baik dan kokoh. Gedung Kantor Pos Bandung Gedung ini dibangun pada tahun 1920 oleh Pemerintah Hindia Belanda.  

Jika dilihat penampilan gedung dan arsitekturnya  sangat terasa seperti gedung-gedung di Eropa pada masa pertengahan. 

Renovasi dan perubahan sudah dilakukan beberapa kali pada gedung ini. Pada tahun 1931 Gedung Pos Besar itu ditambah lagi dengan bangunan untuk musium. Musium itu diberi nama Museum PTT (Pos, Telepon dan Telegraf).  

Pada tahun 1983 gedung ini direnovasi lagi dan diresmikan oleh Menteri Pariwisata dan Pos saat itu tanggal 27 September 1983, dengan nama Museum Pos dan Giro. Setelah perusahaan pos negara berubah menjadi Persero (PT) maka nama museum pun sekarang menjadi Museum Pos Indonesia.

Banyaknya pohon dan taman didekat gedung tua ini membuat suasana sejuk dan nyaman. Halaman depan gedung cukup luas di depannya ada taman. Di kanan dan kiri gedung ada bagunan yang lebih kecil dan rendah.Bagi yang suka koleksi perangko atau biasa disebut filateli tempat ini wajib didatangi. Di salah satu bagian musium ada khusus Musium Perangko yang banyak didatangai pelajari dari berbagai negara. Tersimpan koleksi benda pos, dari perangko dalam negeri hingga perangko dunia. Perangko dari sejak abad 10 sampai perangko modern saat ini. Bagi yang suka koleksi perangko sangat tepat datang ke tempat ini. Perangko pertama di nusantara diproduksi tahun 1864 oleh Pemerintah Hindia Belanda. Ribuan koleksi filateli bisa anda temukan disini. Perangko-perangko disusun dengan rapi dalam sejenis lemari yang dinamakan vitrin.Vitrin adalah papan-papan yang disatukan itu seperti lemari kayu dengan ukuran 1,5 meter x 1 meter x 2,5 meter.

Bayangkan saja koleksi perangko di musium di Kota Kembang ini berasal dari 178 negara. Bahkan negara yang sudah tidak adapun seperti Uni Soviet dan Prusia pun ada!. Koleksi ini sangat tinggi nilainya karena sejarah dan kelangkaannya. Selain itu kita juga bisa membayangkan budaya pada masa lalu ketika perangko itu masih digunakan, karena dalam perangko itu tergambar berbagai artifak seni yang berharga, mulai photo kepala negara, raja-raja, simbol-simbol negara, gambar rakyat jelata, petani, pemandangan alam pada masa lalu dan sebagainya.

Kita juga bisa menilai cara berpikir, cara berpemerintahan, teknologi yang ada dan sebagainya. Jadi dari filateli ini tidaklah sesederhana berupa selembar kertas kecil bercetakan saja tetapi sebenarnya jauh dari itu. Dari filateli kita bisa meneropong budaya masa lalu dan juga bangsa lain. Sebagai contoh pada peramgko kita masa orde baru yang perangkonya banyak menggambarkan tokoh figur Soeharta ini bisa menjadi bukti masa itu Pemerintahan kita terlalu terfokus pada satu figur, tetapi setelah masa reformasi filateli di Indonesia sudah banyak menggamarkan petani, burung, tarian dan sebagainya ini bisa menjadi bukti bahwa budaya setelah reformasi lebih luas dan bervariasi dalam membuat ikon.

Untuk menuju Gedung Pos Besar Bandung ini sangat mudah sekali, kita bisa tanyakan kemana arah Lapangan Gasibu atau Gedung Sate ini banyak akses menuju kesana. Jalan kaki dari Gedung Sate tidak jauh hanya 5 menit saja karena memang dekat dan satu komplek. Bagi yang ingin melihat koleksi filatelis di Musium Pos Indonesia ini silahkan datang jika sedang bertandang ke Bandung. Buka hari Senin sampai Sabtu.

Photografer :  Zahra R.