Sejarah Jalur Kereta Api Jakarta - Bandung

Jalur Kereta Api Jakarta – Bandung

Kereta api adalah salah satu moda transportasi yang sangat nyaman dan aman serta bebas macet karena jalur kereta api bersifat ekslusif.  Ketika kereta api meluncur diperlintasan jalan raya, maka kendaraan lain seperti mobil, motor,  bajay dan alat transportasi lainnya harus mengalah dan berhenti untuk memberikan kesempatan kereta api lewat.

Kereta Api Jakarta - Bandung
Kereta api yang sedang melintas
Inilah keunggulan naik kereta api yang lebih cepat sampai tanpa bertemu dengan macet. Bagi seorang penumpang tinggal duduk-duduk saja menunggu kereta sampai. Sambil menunggu kita bisa menikmati pemandangan sepanjang jalur kereta api yang panjang. Tentu lebih asik kalau sambil minum kopi yang kita pesan dari pramugari kereta. Bisa juga dengan tidur kalau perjalanan masih panjang.

Modal transportasi yang panjang seperti ular dari rangkaian beberapa gerbong dan otomotif ini terkadang disebut alternatif walaupun dalam penyelenggaraan lalulintas dinegara kita kereta justru adalah prioritas, karena kereta termasuk traffic mass transportation yang bernumpang sangat banyak. Cocok untuk Indonesia yang berpenduduk banyak.

Kereta Api Jakarta - Bandung
Salah satu bagian jalur kereta Jakarta - Bandung di Kota Bandung
Jalur rel kereta Bandung – Jakarta melalui stasiun yang cukup tua yaitu stasiun kereta api yang terletak di Kebonjeruk, Andir, Kota Bandung. Stasiun ini kelas besar tipe A yang menjadi stasiun kedua terbesar  dalam pengelolaan PT. Kereta Api Indonesia (KAI) untuk daerah operasi Bandung. 

Kereta Api Jakarta - Bandung
Perlintasan jalur kereta api di jalan raya. Moda transportasi lain harus mengalah demi keselamatan.
Kereta Api Jakarta - Bandung
Dua kereta api berpapasan
Awalnya PT KAI bernama Djawatan Kereta Api (DKA) pasca dinasionalisasi oleh Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno dari perusahaan swasta Belanda pada tanggal 28 September 1945.  Setelah itu nama itu berubah lagi menjadi  Perum Jawatan Kereta Api (PJKA), setelah itu baru menjadi seperti sekarang ini  PT. Kereta Api Indonesia yang menjadi salah satu BUMN transp ortasi di Indonesia.


Stasiun Kereta Api Bandung Saat Ini

Stasiun Kerata Api Bandung adalah satu satu stasiun kereta yang termodern di Indonesia.  Stasiun ini adalah yang pertama di Indonesia  menerapkan sistem check-in dan boarding pass, sebuah sistem yang mirip dengan pelayanan transportasi penerbangan. Pemberlakuan ini sudah diterapkan sejak Februari 2016. Di stasiun ini juga diterapkan pemeriksaan bagasi dengan sinar X.  Jalur kereta api di Bandung juga diatur dengan menggunakan sinyal elektrik yang sudah modern sejak tahun 1970.

Rute pelayanan Jakarta - Bandung dilayani oleh kereta api Argo Parahyangan yang merupakan kereta api penumpang kelas campuran eksekutif argo dan ekonomi AC plus.  Kereta api ini  melayani rute Bandung-Gambir PP  dan juga  rute Gambir-Pasar Senen-Bandung-Kiaracondong dan sebaliknya.

Sejarah Jalur Kereta Api Batavia - Bandung

Jalur kereta api adalah jalur transportasi strategis yang sangat efektif, ekonomis dan penting. Inilah penyebab mengapa Belanda rela untuk merintis pembangunan jalur ini.  Salah satu jalur penting dan sudah sangat tua adalah jalur Jakarta – Bandung yang pengadaan sudah sejak zaman  kolonial Belanda.

Sebenarnya pembangunan rel kereta di Hindia Belanda untuk pertama kali dilakukan di Jawa Tengah yaitu di Semarang. Awal pembangunan rel tahun 1876, berupa jaringan pertama kali sekali di Hindia Belanda, antara Tanggung dan udang di Semarang tahun 1876. Panjang jalur rel kereta pertama itu sepanjang 26 km.

Untuk pembangunan jalur rel kereta Batavia – Bandung dimulai tanggal 10 April 1869 oleh Pemerintah Hindia Belanda.  Pembangunan ini hampir berbarengan dengan jalur transportasi jalan kendaraan dari Anyar ke Panarukan yang terkenal banyak memakan korban dari para pekerja paksa. Dua kota yang satu di ujung barat Jawa (Anyar) dan satunya lagi diujung timur Jawa (Panarukan).

Keberhasilan taman paksa yang mengharuskan pribumi menanam apa yang diinginkan kolonial Belanda terhadap para petani di Hindia Belanda. System yang terkenal dengan System van den Bosch, yang sudah diberlakukan di Hindia Belanda sejak 1825 sampai dengan tahun 1830.  System ini menyebabkan para petani tidak ada pilihan untuk mengikuti keinginan kolonial Belanda yang sedang berkuasa.

Salah satu komoditas yang sangat diminati oleh pengusaha VOC pada waktu itu adalah teh, karena teh sangat cocok hidup didaerah yang tinggi beriklim sejuk seperti Bandung dan sekitarnya.   Tanam paksa ini sukses untuk dapat meningkatkan perekonomian Belanda.  

Keberhasilan perkebunan teh dengan cara paksa ini mengharuskan  Pemerintah Hindia Belanda mulai  memikirkan cara yang paling ekonomis untuk mengangkut hasil bumi dari Bandung ke Batavia, karena untuk mengekpor hasil perkebunan itu harus melalui pelabuhan Sunda Kelapa di Batavia. 

Akhirnya terpilihlah moda kereta api sebagai system transportasi yang paling efektif.  Dengan kereta  Belanda dapat menggunakan modal massal itu untuk mengangkut para pekerja dan juga hasil bumi dari berbagai  perkebunan di sekitar Bandung dengan  murah.

Kota Bandung yang dibangun sejak Kerajaan Pakuan karena nyaman dan dingin akhirnya juga diteruskan dengan penataan kota modern oleh Hindia  Belanda sejak zaman Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada 25 September 1810. Sebenarnya Daendels adalah orang Perancis yang diminta untuk mewakili Perancis, karena saat itu Belanda dibawah jajahan Perancis. Pada saat Bandung dikembangkan tata kota dibagi dua yaitu Bandung Selatan dan  Bandung Utara. 

Banyak  pendatang dari Eropa seperti Belanda, Inggris dan Perancis yang senang tinggal di Bandung Utara karena wilayahnya yang nyaman dan iklimnya yang sejuk seperti di Eropa.  Pada umumnya orang-orang interniran Belanda dan Eropa lainnya itu untuk sampai ke Bandung mereka ke Batavia terlebih dahulu dari sini mereka naik kereta ke Bandung.

Demikian banyak pendatang baru dari Eropa maka akhirnya pemukiman Bandung Utara ini ditetapkan sebagai Kota oleh  Gubernur Jenderal Belanda. Untuk itu ditugaskan seorang Wali Kota yang berasal dari Belanda. Sayangnya penataan Kota Bandung pada saat itu masih terkotak-kotak dan diskriminatif. Penempatan pemukiman yang diatur terpisah antara orang-orang Eropa dan orang-orang Pribumi. 

Pelayanan pemerintah Kota Bandung era kolinial Belanda saat itu seperti  pelayanan sekolah-sekolah dan perguruan tinggi Belanda, rumah sakit, klinik-klinik, pelayanan keamanan dan pelayanan sipil lainnya. Sayangnya semua fasilitas itu hanya untuk orang-orang  Belanda dan Eropa.

Sementara kaum pribumi hanya boleh dari kalangan ningkrat dan pegawai pribumi yang bekerja untuk pemerintah Hindia Belanda. Sementara kalangan pribumi hanya ditempatkan sebagai pekerja pekebun yang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah Belanda, kecuali hasil perkebunan teh.

Keberhasilan pengembangan perkebunan dan infrastruktur jalur kereta ini mengundang banyak investor Eropa pada waktu itu untuk datang dan berinvestasi di Hindia Belanda. Banyak perusahaan-perusahaan perkebunan baru Belanda atau warga Eropa dibangun di sekitar Bandung dan Jawa Barat.

Pada saat puncaknya kejayaan Hindia Belanda di Indonesia Kota Batavia dan kota Bandung sangat maju dan makmur, kedua kota ini menjadi satu dan seakan berdekatan karena jalur kereta api yang efektif. Sehingga jalur kereta api Batavia – Bandung menjadi jalur paling strategis ketiga itu selain jalur transportasi kendaraan roda empat yang melalui jalur Anyar – Panarukan.

Kereta Api Jakarta - Bandung
Perlintasan jalur kereta api  yang rawan diperlukan jembatan agar lebih aman

Photografer : Azzahra R.
TheIndonesiaAdventure.com Team Writter


Tag. : Kereta Api, Jalur Kereta Api Jakarta - Bandung, Kereta Jakarta - Bandung, Sejarah Kereta Api, Stasiun Kereta Bandung