Musium Seni Rupa dan Keramik di Kota Tua Jakarta Membuktikan Keramik Warisan Asli Nusantara

Jakarta sebagai pusat Pemerintah Republik Indonesia tentu banyak memiliki sejarah yang panjang. Keberadaan museum-musium di Jakarta menjadi bagian dari catatan sejarah Jakarta dan Indonesia pada umumnya.  Salah satu pusat museum di Jakarta adalah kawasan Kota Tua Jakarta yang dulunya disebut sebagai Batavia atau Batavieren yang maksudnya adalah sebuah nama leluhur bangsa Belanda.

Tembikar yang sudah dihias dengan tenunan
Ada banyak museum disini seperti  Museum Sejarah Jakarta, Museum Wayang, Museum Bank Indonesia, Museum Bank Mandiri, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Bahari, Museum Magic Art 3D. Semua museum tersebut dikelolan oleh Pemprov DKI Jakarta melalui Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua DKI Jakarta.

Sekarang ini museum-musium itu semakin memberikan kesempatan yang seluas-luasnya dengan memundurkan jam tutup museum sejak 6 Juni 2019. Jam tutup sekarang menjadi jam 20.00 WIB.  Sedangkan jam buka tetap seperti biasa pada Jam 8.00 WIB.

Halaman depan gedung Musium Seni Rupa dan Keramik digunakan sebagai tempat berkumpul wisatawan

Kesempatan ini sangat penting karena justru keberadaan wisata Kota Tua selalu banyak dikunjungi pada saat malam dan sore hari. Selain tidak panas suasana juga akan lebih santai. Sehabis pulang kerja dan bisa mengajar keluarga jalan-jalan keliling Kota Tua.

Salah banyak museum yang ada di Jakarta, akan kita ulas salah satu museum yaitu Musium Seni Rupa dan Keramik (Museum of Fine Art and Ceramics )  yang berada disisi timur dari Musium Jakarta (Gedung Fatahillah) di  Kota Tua Jakarta.

Ruangan depan Musium Seni Rupda dan Keramik

Untuk mengakses alamatnya di Jl. Pos Kota, RT.9/RW.7, Pinangsia, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat, tetapi kalau Anda bingung untuk mengakses museum tersdebut diblok-blok Kota Tua Jakarta yang cukup luas caranya. bisa melalui jalan Kemukus atau jalan Ketumbar, bisa juga dari jalan Pintu Besar Utara kemudian melalui gang yang ramai menuju Gedung Fatahillah. Dari sini kita tinggal lihat disisi kiri jika kita menghadap Gedung Fatahillah, maka sudah terlihat gedung nan cantik dengan sentuhan Art Deco.

Bagian dalam Musium Seni Rupa dan Keramik

Gerbang utamanya terlihat banyak deretan tiang-tiang besar dan megah sebanyak delapan baris seperti style bangunan Parthenon di Yunani. Dari sinilah kita masuk melalui gerbang utama museum untuk membeli tiket dan mulai melihat-lihat koleksinya. Harga tikernya sangat murah hanya Rp. 5000,- saja.

Bangunan museum ini didirikan pada tahun  1870 yang oleh Pemerintah Hindia Belanda digunakan untuk aktifitas Lembaga Peradilan ((Raad van Justitie)), sekaligus juga sebagai tempat berkantornya Dewan Kehakiman pada Benteng Batavia (Ordinaris Raad van Justitie Binnen Het Kasteel Batavia). 

Tumpukan keramik bersejarah dalam etalase di Musium Seni Rupa dan Keramik

Pada masa Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942,  gedung museum itu digunakan sebagai markas pasukan militer Nippon, kemudian pada masa setelah tahun 1949 gedung ini dimanfaatkan oleh TNI sebagai asrama para prajurit TNI.

Baru pada tahun 1968, asset bangunan bersejarah ini dipindahtangankan ke Pemda DKI Jakarta, yang kemudian digunakan sebagai pusat pengelolaan museum di Jakarta, dengan nomenklatur Kantor Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta yang tahap berikutnya nomenklaturnya menjadi UPK Kota Tua DKI Jakarta.

Bangunan tua itu ternyata juga banyak mencatat sejarah nusantara khususnya mengenai seni rupa dan keramik. Banyak koleksi-koleksi tua yang umurnya sudah ratusan tahun. Ada koleksi pada zaman Belanda, ada juga mengenai kondisi rumah masyarakat Betawi pada masa lalu, ada juga keramik-keramik Tiongkok, ada harta karun kapal yang karam dan masih banyak lagi yang cukup menarik untuk dicermati.

Selain itu ada juga deretan photo dan video yang bisa kita lihat dan tonton mengenai sejarah perkembangan seni rupa dan keramik yang ada di Nusantara. Pada museum banyak juga keliping-kliping koran dan majalah yang sudah lama mengenai Seni Rupa Indonesia.

Khusus mengenai koleksi keramiknya ternyata sangat luar biasa, keramik tua dari sejak zaman era Kerajaan Majapahit abad ke-14 juga ada. Bagi para seniman keramik ini bisa menjadi inspirasi penting mengenai identitas keramik nusantara yang sudah ada sejak zaman dulu. Selama ini kita menganggap bahwa keramik selalu dari Tiongkok, tetapi dari sini bisa kita buktikan bahwa keramik nusantara  juga sangat banyak dengan seni dan teknik pembuatan yang sudah tinggi.

Keramik di Nusantara bahkan sudah dikenal sejak zaman Neolithikum yang berada diantara rentang waktu  2500 SM sampai dengan  1000 SM.  Ilmu dan cara olah kerajinan keramik diperkirakan berasal dari kreatifitas di Nusantara sendiri dan  juga dari pengaruh dari para imigran Asia Tenggara. Perkembangan budayanya parallel dengan berkembangnya pengetahuan tentang pertanain, perkebunan,  peternakan dan bahari.

Temuan seperti pecahan-pecahan periuk belanga di Bukit Kulit Kerang  di Sumatra sangat penting sebagai petunjuk sejarah awal keramik di Nusantara. Di pulau Jawa tepatnya diantara Yogyakarta dan Pacitan ditemukan juga pecahan keramik yang berupa tembikar yang sudah lebih modern karena tembikar tersebut sudah dihias dengan profile anyaman atau tenunan.

Inilah bukti bahwa peradapan keramik di Nusantara juga adalah hasil murni dari kebudayaan asli yang ada dilokal kita, tetapi pengaruh dari cara pembuatan dan variasi dari keramik itulah yang akan banyak juga dari luar.

Kemampun pembuatan keramik ini berkembang terus sampai para pengembangan seni rupa seperti patung dan candi. Kita dapat membuktikan keberadaan candi-candi di Nusantara yang cukup banyak dan dengan arsitektur yang purna rupa dan sangat luar biasa, contohnya seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Mendut dan banyak lagi.

Inilah pentingnya keberadaan Musium Seni Rupa dan Keramik sebagai pencatat bukti dan koleksi-koleksi penting yang menunjukkan identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya tinggi.


Photografer : Azzahra R.

TheIndonesiaAdventure.com Team Writter
#TheIndonesiaAdventure