Kota Mataram Kota Pariwisata di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat

Kota Mataram di Pulau Lombok saat ini menjadi destinasi wisata yang menarik wisatawan. Kota bersejarah berfungsi sebagai  pusat administrasi pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).  Kota ini juga menjadi jantung dari aktivitas bisnis dan pelayanan tersibuk di NTB.


Pantai Ampenan masa masa lalu pernah menjadi pelabuhan yang terkenal


Pada tahun 2021 jumlah penduduk Kota Mataram sebanyak  12.864  jiwa dengan tingkat densitas penduduk  7.203 jiwa/km2 dan luas wilayah   1,97 km2  seperti data yang ditulis di situs Wikipedia. 


Penduduk terpadat berada di Kecamatan Ampenan dan Kecamatan Mataram. Di Kecamatan Ampenan inilah ada kota tua yang bersejarah karena pada masa lalu juga berfungsi sebagai pelabuhan dan pusat perdagangan.


Kota Mataram merupakan warisan dari kerajaan Mataram, secara sejarah tergolong cukup tua dan sangat diwarnai oleh masa kerajaan-kerajaan di  Lombok dan juga pada masa Hindia Belanda.


Pada tahun 1894 Pemerintah Hindia Belanda di Batavia mengirimkan misi untuk menundukkan kerajaan Mataram di pulau Lombok yang dipimpin oleh Jenderal Van Ham yang berhasil menundukkan kerajaan Mataram. Tahap selanjutnya  Belanda terus menjalankan ekspansinya untuk seluruh pulau Lombok.


Setelah wilayah Mataram dan seluruh Lombok dibawah kekuasaan Hindia Belanda.  Hindia Belanda menjadikan Kota Tua Ampenan menjadi pusat administrasi di Lombok, terutama sebelum pulau Bali jatuh ketangan Belanda. 


Setelah kerajaan-kerajaan di Bali menjadi bagian Hindia Belanda maka Pulau Lombok menjadi satu dengan Pulau Bali dalam satu administrasi keresidenan yang berpusat di Bali berdasarkan Staatblad Nomor 123 tahun 1882, maka untuk wilayah Keresidenan Bali dan Lombok diberi status wilayah administratif Keresidenan tersendiri.  Keresidenan Bali dan Lombok dibagi menjadi dua daerah (Afdelingen) yaitu Afdeling Buleleng dan Afdeling Jembrana, tetapi satu ibukota bersama yaitu Singaraja.


Pada era Hindia Belanda ini pelabuhan Ampenan terus di kembangkan dengan membangun fasilitas pelabuhan. Pada masa itu pelabuhan Ampenan semakin banyak didatangi para pedagang bahkan juga dimasa ini banyak kapal-kapal Eropa untuk mendapatkan rempah-rempah dari wilayah Nusantara.


Sayangnya kondisi geografis dan iklim semakin membuat pelabuhan Ampenan kurang memenuhi syarat untuk dijadikan pelabuhan. Hal ini disebabkan ombak air laut yang banyak merusak bibir pantai di pelabuhan.


Pada masa Orde Baru tahun 1977 pelabuhan di Pulau Lombok dipindahkan ke Lembar di Lombok Barat sampai sekarang ini. Pelabuhan Lembar melayani penyeberangan untuk kapal barang dan kapal penumpang dengan pelayanan loket 24 jam.