Jejak dan Pengaruh Kerajaan Majapahit di Pulau Lombok

Pulau Lombok dan sekitarnya pernah menjadi bagian dari kekuasaan Kerajaan Majapahit yang pernah mencatat eksistensi  Suku Sasak pada Kitab Negara Kertagama karangan Mpu Nala atau dikenal juga sebagai Mpu Lembu Nala seorang bangsawan dan penulis dari Kerajaan Majapahit. Mpu Nala adalah salah satu kepercayaan dari Raja Hayam Wuruk saat era pemerintahan Majapahit berada dipuncak kejayaan.


Desa Sembalun di kaki Gunung Rinjani


Sebuah buku yang menghubungkan Kerajaan Majapahit dan Kepulauan Sunda Kecil yang mencakup didalamnya Pulau Lombok dan sekitarnya, yaitu Buku Bunga Rampai Kutipan Naskah Lama dan Aspek Pengetahuannya Museum Negeri Nusa Tenggara Barat. 


Desa Sembalun di kaki Gunung Rinjani
Indahnya Desa Sembalun di kaki Gunung Rinjani


Dalam buku tersebut menyebutkan di era abad XI dan XVI adanya upaya untuk memperkuat pengaruh Majapahit ke Kerajaan Selaparang dan Kerajaan Dompu. Pada masa itu Patih Gaja Mada menugaskan Mpu Nala untuk melakukan ekspedisi Kerajaan Majapahit di tahun 1357 Masehi.  


Setelah misi expedisi itu sukses Kerajaan Selaparang dan Dompu menjadi bagian dari  kekuasaan Majapahit, maka Patih Gajah Mada datang ke Pulau Lombok (Selapawis). Kehadiran Patih Gajah Mada ini dicatat dalam Bencangah Punan dan Prasasti Tembaga yang ada di Desa Menggala, Kecamatan Tanjung, Lombok Utara.


Kedatangan Gajah Mada dikawal oleh seorang prajurit yang cakap disebut Satria Lumendung Sari yang berasal dari Desa Waringin Sungsang di Majapahit. Kedatangan mereka ini sampai ke Sembalun Lawang yang berada di kaki Gunung Rinjani yang memiliki ketinggian 3.726 MDPL di Lombok Barat. Lokasi ini menjadi tempat tinggal keturunan keluarga Majapahit yaitu Raden Arya Pati dan Raden Arya Mangunjaya yang membuat petilasan disana. Disembalun ini juga ada sungai yang diberi nama Sungai Majapahit dan juga ada Bukit Majapahit yang konon ada telapak kaki para punggawa Majapahit.


Selain Petilasan Sembalun Lawang ada jejak lainnya pengaruh Majapahit di Lombok yaitu dari sisi bahasa Sasak. Ada beberapa suku kata  yang bersumber dari bahasa Jawa seperti kelabi yang artinya baju, tetanduran atau tanaman,


Budaya masa Majapahit dalam bentuk makanan juga ada di Lombok. Beberapa panganan ringan yang dikenal masyarakat Sembalu sejak lama, seperti kue cucur, rengginang, gogos, gerupuk, serabi, tekel, dan wajik. 


Lambat laun pengaruh Kerajaan Majapahit di Pulau Lombok semakin berkurang seiring dengan kemerosotan kerajaan yang berpusat di Kotaraja Mojokerto. Moment kemundurannya sejak meninggalnya Gajah Mada ditahun 1364 Masehi dan setelah wafatnya Raja Hayam Wuruk atau Sri Rajasanagara tahun 1389. 


Setelah masa itu Kerajaan Majapahit penuh dengan konflik internal perebutan kekuasaan dan tahta serta terjadinya perang saudara. Salah satu konflik keturunan Majapahit yang terbesar adalah Perang Regreg yang terjadi antara tahun 1404-1406 di wilayah Kerajaan Majapahit di Jawa akibat dualisme kekuasaan. Konflik antara keluarga keturunan Majapahit di Istana Barat yang dipimpin oleh Wikramawardhana dengan pengikut Bhre Wirabhumi yang memisahkan dengan membuat istana Majapahit di timur Jawa.


Pada masa-masa konflik ini berbagai daerah di luar Jawa melepaskan diri dari pengaruh Majapahit termasuk kerajaan-kerajaan di Lombok. Akhirnya pengaruh kerajaan Majapahit berakhir setelah keruntuhan kerajaan legendaris yang terbesar di Nusantara tersebut pada masa pemerintahan terakhir Majapahit oleh Patih Udara pada tahun 1518 Masehi. 


Ada juga yang menyebutkan Kerajaan Majapahit sudah berakhir di tahun 1400 saka atau 1478 Masehi seperti dalam  buku Sejarah Indonesia masa Hindu-Buddha (2013) karya Suwardono, menyebutkan bahwa Majapahit telah runtuh pada 1400 Saka atau 1478 masehi seperti yang disebut dalam Serat Kanda. 


Kerajaan Selaparang di masa Majapahit beragama Hindu, kemudian setelah Majapahit runtuh, maka pengaruh Kerajaan Demak dan pedagang-pedagang dari Pulau Jawa dan Sulawesi mulai masuk dan sedikit demi sedikit Islam mulai berkembang di Lombok.  


Dari sumber Babad Lombok diuraikan bahwa setelah pengaruh Majapahit hilang anak Sunan Giri yaitu Sunan Prapen mendapatkan perintah untuk memimpin ekspedisi ke Lombok dalam rangka membawa ajaran Islam yang disebarkan secara damai. Tangkepan lontar  Babad Lombok sekarang ini masih disimpan oleh Pemangku Adat Bayan, Raden Singaderia. Selain itu ada juga Masjid Bayan yang sudah berusia lebih dari 300 tahun.


Pada abad 16, pengaruh Islam di Pulau Lombok semakin kuat yang banyak dianut oleh orang-orang Suku Sasak. Pengaruh yang semakin kuat menjadikan Kerajaan Selaparang sebagai kerajaan Islam (Ide Anak Agung Gde Agung, Bali pada Abad XIX, 1989:103).


Sumber referensi:


1. Wahyudin, D. 2018. Identitas Orang Sasak: Studi Epistimologis Terhadap Mekanisme Produksi Pengetahuan Masyaraat Suku Sasak. 

2. www.republika.co.id/berita/pj59be320/warisan-majapahit-di-tanah-lombok-kosakata-hingga-keyakinan

3. Ide Anak Agung Gde Agung, Bali pada Abad XIX, 1989.

4. Amalia, A.R. 2017. Tradisi Perkawinan Merariq Suku Sasak di Lombok.

4. Husnan, L.E, 2012. Ejaan Bahasa Sasak. Jurnal Mabasan. 

5. Wikipedia. 


Tag. : pengaruh majapahit, pulau lombok, majapahit di lombok, sejarah pulau lombok, tradisi suku sasak,suku sasak, Majapahit di Lombok, budaya lombok, sembalun, wisata sembalun, desa sembalun